JavasScript Compressor
Judulnya begaya gak sih? Biarin aja deh ya, karena begaya itu lebih mahal daripada begaul apalagi menggalau. Ah sudah sudah, gak nyambung sama sekali.
Tulisan berjudul JavaScript Compressor ini efek samping ngurusin web Indonesia Hotels and Resorts. Situs itu memuat informasi hotel murah, hotel mewah, resort, penginapan murah meriah, tempat-tempat menginap sebangsa setanah air. Loh? Biarin aja deh ya, kan lagi begaya :p
Tapi yang paling penting nih, situs Indonesia Hotels and Resorts, yang deskripsinya "Providing valuable information and neutral reviews of comfortable and inexpensive accommodations for your lovely journey to Indonesia." —sok english gitu deh haha— memuat ulasan atau review dari para pengunjung —lebih cocok disebut tamu— hotel-hotel yang ada di seluruh wilayah nusantara.
Gambar modifikasi dari blog Nugrainna Malinda Husna.
Kembali ke laptop —pakdhe tukul, minjem wording-nya yak— jadi aku mesti bikin puisi-puisi cinta dalam bahasa skrip jawa kuno. Skrip jawa kuno di sana tidak pakai bahasa sankskerta dong, melainkan menggunakan bahasa yang lebih modern, yaitu skrip jawa modern. Eh kok bingung sih, katanya jawa kuno tapi modern.
Loh, iya, beneran. Itu bahasa yang bernama JavaScript sudah amat sangat jadul. Dari tahun 1995, tahun di mana aku masih bikin puisi cinta sebenarnya. Tapi modernisasi membuatnya harus berubah, sebentar, yang berubah sebetulnya pengguna (pemrogram) dan tempat dia diapplikasikan. Awal aku pake javascript, belum kenal pustaka aneh-aneh, mau bikin loop ya pake for()
. Lah sekarang di jQuery misalnya, ada .each()
. So, sejak jamannya Ajax, itu skrip jawa jadi tuntutan wajib untuk hacker web. Jadi deh aku harus ikut belajar lagi (menggunakan pustaka yang keren-keren) seperti jQuery. Asyik, kan? Tentu!
Nah, tantangannya ketika sudah bikin puisi cinta yang panjang. Ini web mesti tetap bisa tampil dalam waktu cepat. Jadi cari tahu lagi gimana caranya? Googling sana-sini, ketemu dengan suatu cara bernama Javascript Compressor. Jadi hari ini, bukan hanya direktori dan berkas saja yang dikompres, puisi juga ikut dikompres. Padahal aku gak lagi demam waktu nulis puisinya. Yay!
Membaca ulasan di SO yang ini dan itu, akhirnya aku pakai deh tuh Google Closure Compiler. Ada yang lain, semisal YUI Compressor, UglifyJS, dan lain sebagainya.
Kesimpulannya? Kompres agar irit ruang penyimpanan. Kompres agar hemat bandwidth. Oke sip. Sampai nanti di lain waktu. Jangan lupa kalo-kalo kamu demam, kompress juga dong.
Gak penting: sebenarnya aku ingin nyimpan tulisan ini di blog sebelah, karena aku tersesat ke mana-mana ketika ingin mencari materi gambar honocoroko. tapi ya gak apa-apa, toh ini juga sebuah tantangan.
No comments:
Post a Comment