July 22, 2013

Bagaimana Menghadapi Sebuah Tantangan?

Mungkin kamu pernah atau malah sering mendengar pertanyaan yang aku jadikan judul tulisan ini. "Bagaimana kamu menghadapi sebuah tantangan?" Atau dalam versi lebih ringkas, pertanyaan itu menjadi: "Bagaimana menghadapi tantangan?". Pertanyaan ini tidak sukar, namun juga tidak mudah untuk dijawab.

Tidak sukar dijawab oleh mereka yang sering bermain-main, berhadapan, dan harus menyelesaikan beragam tantangan. Akan jadi sangat tidak mudah dijawab oleh kita yang masih hijau atau belum cukup punya pengalaman bagaimana sebuah tantangan harus diselesaikan.

Pada dasarnya, yang membentuk kemampuan kita untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan itu adalah sejumlah pengetahuan. Pengetahuan itu akan kita dapat dari contoh di sekitar kita, atau keberanian kita untuk mencoba menyelesaikannya.

Mungkin bukan sendiri. Saat bersama rekan, kita tentu bisa berdiskusi untuk menyelesaikannya. Di lain waktu, kita benar-benar diharapkan atau bahkan harus untuk menyelesaikan tantangan itu sendirian.

dua buah jambu batu
flickr.com/photos/cinnamon353/2267956783
Photo story: Psidium guajava L (Myrtaceae). Jambu batu, from Kg. Kubang Panjang.

Aku bisa! Semudah itu, semudah mengatakan hal itu. Seorang anak biasanya belajar menyelesaikan tantangannya dengan cara ini.

Sebut saja Ceria (hampir 6 tahun), bukan nama sebenarnya, belum pernah memanjat pohon sama sekali. Suatu sore ia melihat ranumnya buah jambu batu di pohon yang ada di pekarangan rumahnya. Ceria merasa lapar seketika. Tidak kelaparan karena belum makan siang, tentu. Ia lapar karena keinginannya memperoleh satu atau dua buah jambu batu tersebut.

Sayang, Ceria belum pernah sama sekali memanjat pohon jambu tadi. Jangankan memanjat, diizinkan memanjat pohon yang hampir lima kali tinggi tubuhnya saat itu saja belum. Ditambah lagi, dia tak tahu harus meminta tolong pada siapa. Papa dan Mama sedang tidak di rumah. Juga demikian dengan kakak tertuanya yang sudah pergi bermain entah kemana. Kasihan.

Jelas, Ceria sedang berhadapan dengan sebuah tantangan. Apa yang kemudian menjadi reaksinya? Berdiam menunggu bantuan datang sementara ia tak tahu kapan keluarganya pulang, sedangkan untuk mencari bantuan lain, ia dipesankan untuk menjaga rumah sebelum tidur siang tadi.

pohon jambu batu yang tinggi
flickr.com/photos/59600950@N05/5454279389
Photo story: a story of a guava tree. a photo taken with a plain compact point and shoot camera. a lazy afternoon in the Philippines.

Fokus pada solusi. Yang ada di pikiran Ceria saat itu hanya satu: Ia harus mendapatkannya. Ia pernah melihat kakaknya memanjat pohon itu. Ia pernah pula melihat Papa mengambilkan jambu dengan menggunakan galah bambu. Ia lantas berusaha meraih galah bambu itu. Namun tak berhasil. Galah bambu tersebut disimpan Papa di atas bak air, jauh dari jangkauannya.

Dengan sedikit pasrah namun tetap bertekad sebulat buah jambu, ia pun mencoba cara terakhir yang dia tahu. Memanjat pohon jambu itu. Pelan dan bersusah payah, ia terus berusaha menyelesaikan tantangannya. Ia merasakan lengannya perih, memerah karena harus menahan berat tubuhnya saat memanjat. Ia meringis ketika tiba pada dahan keras pertama. Ia berhasil menginjakkan kakinya. Namun tujuannya bukan itu. Ia harus mampu mencapai satu dahan lagi.

Bertahanlah Tidak begitu tinggi bila dibandingkan jarak dahan pertama dari tanah. Namun ia lelah. Ia kini meringis, merintih, menangis. Tapi keinginannya mendapatkan jambu batu yang ranum itu lebih keras. Ia singkirkan perih di lengan, juga tangisnya. Kemudian melanjutkan usahanya untuk menggapai satu dahan lagi. Kini ia mendapatkan godaan baru, semakin tinggi ia berusaha memanjat, semakin kencang pula goyang pohon itu. Yang ada dipikirannya saat ini adalah ingin berteriak "Papa, tolong!"

Tapi ia tahu, Papa belum mengizinkannya untuk memanjat. Papa mungkin akan marah. Tapi ada rasa lain, bahwa ia kini senang dan gembira ketika tahu bisa memanjat pohon jambu itu untuk kemudian dipamerkan pada Papa dan kakaknya nanti. Ceria tiba pada dahan kedua. Kini ia hanya tinggal menjulurkan sebelah tangannya untuk meraih dua buah jambu yang sudah menjadi sasaran dari bawah tadi. Hap! Aku dapat! Aku bisa! Sumringah. Hanya itu yang kini terlihat di wajahnya.

Sebuah kurva belajar Ia simpan kedua jambu batu tadi di saku celananya, kemudian turun dengan amat perlahan sesuai jalannya memanjat tadi. Setibanya kembali di bawah, Ceria langsung mencuci jambu tadi dan melahapnya. Sisa sebuah lagi, eeeh, Papa dan Mama pulang.

Dengan gembira ia bercerita pengalaman pertama memanjat pohon jambu yang telah ia lakukan tadi. Sebuah keberhasilan dengan bukti. Sisa sebuah jambu batu bersama lengannya yang memerah, masih terasa perih. Ia tetap bangga. Meski terlihat panik, Papa dan Mama hanya menggeleng tanpa memarahinya.

Pernah mengalami yang dihadapi Ceria sendirian? Empat hal tadi adalah poin penting dari cerita seorang Ceria menghadapi tantangannya. Bagaimana cerita kamu menghadapi tantangan?

No comments:

Post a Comment